BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Perdagangan kerapkali menciptakan pihak-pihak yang
dirugikan dan pihak yang diuntungkan. Pengertian ini sangat penting untuk
diresapi jika kita berkeinginan memahami latar belakang apa sebenarnya yang
menentukan kebijakan perdagangan perdagangan dari suatu negara dalam lingkungan
perekonomian dunia modern. Ada dua cara untuk meninjau kebijakan perdagangan
(atau kebijakan pemerintah). Yakni, yang pertama, dengan mendasarkan penbahasan
pada tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai melalui penerapan kebijakan
perdagangan. Contoh, apa yang harus dilakukan oleh pemerintah? Apakah yang
dimaksud dengan kebijakan perdagangan yang optimal? Cara yang kedua adalah
langsung menyoroti langkah-langka yang ditempuh oleh pemerintah dari dari
berbagai Negara dalam praktek memberlakukan kebijakan perdagangan ini.
Dampak-dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan perdagangan internasional terhadap
distribusi pendapatan merupakan suatu hal penting dalam meninjau persoalan
dengan cara pertama, dan bahkan lebih penting lagi untuk cara kedua.
Pada dasarnya terdapat tiga alasan pokok mengapa
kalangan ekonom pada umumnya tidak terlalu menekankan perhatian mereka pada
dampak distribusi pendapatan dari
perdagangan.
Ø
Dampak
distribusi pendapatan bukan persoalan khas (hanya ada pada) perdagangan
internasional. Setiap perubahan di dalam perekonomian nasional, termasuk
perubahan yang terjadi sehubungan dengan adanya suatu kemajuan teknologi,
cenderung menggeser prefensi konsumen, tergantikannya sumber-sumber daya yang
lama dengan yang baru, dan sebagainya, senantiasa memberikan dampak terhadap
kondisi ditribusi pendapatan dalam masyarakat yang bersangkutan.
Ø
Apapun kelemahannya, selalu akan lebih baikjika
perdagangan dimungkinkan berlangsung secara benar-benar bebas (perkara hal itu
akan merugikan pihak-pihak yang lemah, lagipula ada banyak cara untuk membantu
mereka serta mengkompensasikan kerugiannya). Meskipun tidak mudah dan murah,
langkah seperti ini masih lebih baik daripada tindakan melarang atau menghalang-halangi
berlangsungnya perdagangan.(ini berlaku juga untuk bentu-bentuk lain dari
perubahan ekonoomi).
Ø
Pihak–pihak yang mengalami kerugian dari
peningkatan hubungan perdagangan biasanya lebih terorganisir dibandingkan
dengan pihak-pihak yang memperoleh keuntungan dari perdagangan.
Ketidakseimbangan ini acapkali menciptakan suatu bias dalam proses politik
sehingga memelukan langkah-langkah pengimbang.
Dengan demikian, sebenarnya meskipun mereka mengakui
adanya dampak negatif yang ditimbulkan
oleh perdagangan internasional terhadap distribusi pendapatan, sebagian besar
ekonom tetap meyakini bahwa lebih penting untuk menonjolkan keuntungan
potensial dari perdagangan daripada persoalan daripada mempermasalahkan
kemunginan kerugian dari sementara kelompok di dalam suatu negara. Sikap ini
perlu diperhatikan karna para ekonom situ tidak jarang memiliki kekuatan suara
dalam memutuskan kebijakan ekonomi, khususnya kala pertentangan kepentingan
terus menerus berkecamuk dengan sengitnya.
Biasanya kelompok-kelompk ysng memperoleh keuntungan
dari perdagangan untuk produk-produk tertentu adalah kelompok yang kurang
terkonsentrasi, kurang terdidik secara politik dan juga kurang teroranisir bila
dibandingkan dengan pihak-pihak yang menderita kerugian akibat perdagangan.
Sebuah contoh yang baik mengenai adanya perbedaan yang
mencolok antara kedua kubu tersebut adalah di industry gula di Amerika Serikat.
Pemerintah AS terlalu membatasi impor gula selama bertahun-tahun. Pada waktu
itu, harga gula di pasaran domestik AS kira-kira empat kali lipat dari harga
yang berlaku di pasaran dunia. Banyak perkiraan menunjukkan, biaya yang
dibebankan kepada konsumen barang kebutuhan pokok yang impornya dibatasi sejak
permulaan decade 1970-an ini mencapai lebih dari satu milyar Dola pertahun –
atau sekitar 5 Dolar per orang; baik itu laki-laki maupun perempuan dewasa
maupun anak-anak penggemar gula-gula. Akan tetapi, jumlah keuntungan (rente
kuota) yang diterima oleh para produsen gula domestik ternyata lebih kecil,
yakni kurang dari separuh nilai kerugiannya itu.
- Tujuan
Supaya kita bisa memahami antara lain :
Ø
Apa pengertian dari Skala Ekonomi ?
Ø
Apa itu persaingan tidak sempurna ?
Ø
Apa cici-cirinya ?
Ø
Juga bagai mana mengatasinya ?
BAB II
PERSAINGAN
TIDAK SEMPURNA DAN SKALA EKONOMI DALAM PERDAGANGAN
A.
Skala Ekonomis dan Perdagangan
Internasional
Salah satu asumsi model
Heckscher-Ohlin menyatakan bahwa dua komoditi diproduksi atas dasar skala hasil
dan konstan di kedua negara. Jika kita menanggalka asumsi dan berpegang pada
rialita yakni skala hasil yang meningkat, kita akan memahami perdagangan
diantara kedua negara yang faktor-faktor produksi maupun komoditi andalannya
identik.Perdagangan ini tidak akan dapat dijelaskan melalui model Hechscher-Ohlin.
Analisa perdagangan yang yang
didasarkan pada skala ekonomis menyajikan masalah-masalah tertentu , dan kita
berpegang pada bentuk pasar persaingan sempurna sehingga segala bentuk
keuntungan monopoli tidak pernah
terwujud. Namun jika prinsip hasil yang terus meningkat itu benar-benar
berlaku,maka perusahan–perusahaan besar biasanya akan berusaha mengungguli
kalau perlu menggusur, perusahaan–perusahaan lain yang lebih kecil, sehingga
keseluruhan pasar cenderung akan didominasi hanya oleh satu perusahaan monpoli
atau beberapa perusahaan saja yang situasinya biasa disebut ologopoli. Jika
prinsip hasil dan imbalan terus meningkat itu turut menjadi tolakan bagi
berlangsungnya perdagangan ,maka pasarnya akan berbentuk persaingan tidak
sempurna. Tinjuan umum mengenai konsep konsep skala ekonomi dan pasar (perekonomian)
persaingan tidak sempurna, disusul ke model perdagangan internasional yang
memperlihatkan betapa skala ekonomi dan persaingan sempurna itu dalam
kenyataannya memegang peranan penting, yakni model persaingan monopoli dan model
dumping. Sisanya akan membahas peranan yang
dimainkan oleh prinsip hasil atau imbalan yang miningkat dan ekonomi
eksternal (external economies) dalam proses pembentukan pola perdagangan .
Keunggulan komparatif
senantiasa didasarkan pada asumsi atau prinsip skala hasil yang konstan (constant return to scale) artinnya
mengasumsikan bahwa jika input untuk suatu
industri dilipat duakan ,maka output indutri tersebut juga akan berlipat
dua. Namun dalam kenyataannya, banyak industri atau skala ekonomi yang
beroperasi atas dasar skala ekonomi dan
juga pada prinsip imbalan yang kian meningkat sehingga semakin besar skala
produksinya ,akan semakin besar produktivitasnya (dengan kelipatan yang semakin
lama semakin besar ). Jika terdapat skala ekonomis pelipat dua input yang
digunakan oleh suatu sektor industri akan meningkatkan produksi indutri lebih
dari dua kali lipat. Semakin banyak input yang ditambahkan akan semakin besar
kelipatannya .
Sebuah contoh akan membantu kita dalam rangka
memahami pentingnya konsep skala ekonomi bagi perdagangan internasional, sebagai
contoh untuk memproduksi 10 unit produk diperlukan 25 jam kerja sedangkan untuk
memproduksi 25 unit diperlukan 30 jam kerja. Adanya skala ekonomi bisa dilihat dari kenyataan bahwa dengan
melipatkan input tenaga kerja dari 15 menjadi 30 jam kerja menyebabkan output
industri tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu 10 menjadi 25
unit.dalam kenyataan dengan pelipatan input ,output bisa meningkat dengan
kelipatan 2,5 .
Bagaimana perdagangan yang
saling menguntungkan bisa terus
meningkat berkat bekerjanya prinsip skala ekonomi .Setiap negara mengkhususkan
diri dalam memproduksi barang-barang tertentu saja yang memungkinkannya
memproduksi barang-barang tersebut lebih efisien daripada jika negara yang
bersangkutan memproduksi sendiri segalanya. Perekonomian–perekonomian yang
melakukan spesialisasi produksi ini selanjunya berdagang satu sama lain agar
dapat mengkonsumsi seluruh jenis barang. Dengan demikian setiap negara bisa
memperoleh berbagai barang yang tidak dibuatnya sendiri .Menonjolnya prinsip
skala ekonomi biasanya menyebabkan struktur pasar yang bersangkutan tidak berbentuk
pasar persaingan sempurna.
Adanya skala ekonomi ataupun
skala hasil yang meningkat menandakan bahwa input yang dibutuhkan per unit
produksi semakin kecil dengan semakin banyaknya output yang diproduksi. Peningkatan
produksi itu sendiri dapat dicapai apakah perusahaan-perusahaan yang
bersangkutan sudah bisa melakukannya sekedar dengan memproduksi lebih banyak
atau sebaliknya harus ada peningkatan jumlah perusahaan .Untuk menganalisa
dampak skala ekonomi terhadap struktur pasar membutuhkan kejelasan tentang
peningkatan produksi seperti apa yang diperlukan untuk menurunkan biaya
rata-rata. Skala ekonomi eksternal (external economies of scale) akan tercipta
apabila jumlah biaya per unit sudah tergantung pada besarnya industri, tidak
perlu pada besarnya satu perusahaan.
Skala ekonomi internal muncul jika biaya per unit
tergantung pada besarnya satu perusahaan, sehingga hal itu tidak perlu
dikaitkan dengan besarnya industri yang bersangkutan .Skala ekonomi eksternal
akan terlihat dengnan meningkatnya efisiensi perusahaan–perusahaan karena
sektor industri menjadi lebih besar, meskipun setiap perusahaan ukuran
produknya sama seperti sedia kala. Sedangakan skala ekonomi internal akan
terlihat dengan output dari industri yang bersangkutan tidak berubah, tetapi
jumlah perusahan berkurang. Dengan demikian efisiensi meningkat dengan jumlah
output yang dihasilkan meningkat.
Skala ekonomis eksternal dan
internal masing-masing menimbulkan implikasi–implikasi yang berbeda terhadap
struktur industri. Suatu industri dimana skala ekonomisnya sepenuhnya bersifat
eksternal (tidak ada keunggulan khusus bagi perusahaan – perusahaan berskala
besar) biasanya akan terdiri dari banyak perusahaan
kecil .Sebaliknya jika skala ekonomi internal memberikan perusahan-perusahaan
berukuran besar suatu keunggulan biaya atas perusahaan – perusahaan kecil, maka
hal ini pada akhirnya dapat menciptakan struktur pasar persaingan tidak
sempurna. Baik skala ekonomi eksternal maupun internal merupakan penyebab
penting bagi terjadinya perdagangnan internasional .
Peranan skala ekonomis dalam perdagangan internasional ternyata menemukan
dua alasan untuk lebih menitik beratkan perhatian pada ekonomi internal. Yang
pertama, skala ekonomi internal lebih mudah diidentifikasi dalam praktek
dibandingkan dengan skala ekonomi eksternal.ditinjau dari perspektif
umum,konsep skala hasil yang meningkat mengacu pada situasi produksi bertambah lebih proporsioanal ketimbang
peningkatan input atau faktor – faktor produksinya artinya seandainya semua
input dilipat duakan , maka output akan
bertambah lebih dua kali lipat. Demikian pula jika semua input ditambah hingga
tiga kali lipat dari pada sebelumnya, maka
outputnya pun akan bertambah tiga kali lipat. Skala hasil yang meningkat ini
dapat terjadi karena operasi yang lebih besar cenderung meningkatkan pembagian
kerja dan spesialisasi sehingga setiap unit faktor produksi akan membuahkan
hasil yang lebih besar. Sebagai contoh faktor produksi tenaga kerja. Jika
jumlahnya ditambah maka sampai batas tertentu masing-masing tenaga kerja itu
akan dapat meningkatkan spesialisasinya dalam melaksanakan suatu tugas
repetitif (berulang–ulang) sehingga produktivitasnya akan meningkat .Skala
operasi yang lebih besar memungkinkan digunakannya mesin – mesin dan berbagai
peralatan yang lebih khusus (untuk menjalankan fungsi-fungsi yang lebih
spesifik) dan produktif .Mesin-mesin seperti ini tentu saja akan menjadi
terlalu mahal jika digunakan dalam skala operasi yang kecil ( Dominick Solvatar
189 )
Hubungan Perdagangan yang Didasarkan Pada Skala Internasional
|
120
100
80
|
|
|
|
|
|
|
0 20 40 60 80 100 120
Keterangan Gambar:
Memperlihatkan bagaimana
hubungan perdagangan yang menguntungkan semua pihak dapat dilangsungkan atas
dasar skala hasil yang meningkat. Jika semua negara I dan negara II diasumsikan
identik atau sama persis dalam berbagai aspek ekonomi ,maka kita dapat
menggunakan satu kurve batas kemungkinan produksi dan satu peta indiferent bagi
kedua negara tersebut. Adanya skala
hasil yang meningkat akan menjelma berupa kurve batas kemungkinan produksi yang
berupa konveks atau kurve cekung apabila dilihat dari pusat sumbu, atau
melengkung dan lengkungannnya mengarah kepusat sumbu. Jika kurve – kurve batas kemungkinan produksi
dan peta indiferent dari kedua negara tersebut juga sama persis,maka harga –harga
relatif yang berlaku dikedua negara tersebur juga akan sama persis ( dalam
kondisi tanpa perdagangan )
Selanjutnya apabila kedua
negara melangsungkan hubungan perdagangan, maka negar satu akan terdorong untuk
berspesialisasi dalam produk komoditi X dan ia akan berproduksi di titik B. Sedangkan
negara 2 akan melakukan spesialisasi dalam produksi komoditi Y dan ia akan
berproduksi dititik B. Selanjutnya kedua negara itu akan saling mempertukarkan 60x dengan 60 y, dan masing-masing negara akan berkomsumsi
dititik B yang terletak pada kurve indiferent II. Karena letak kurve indiferent itu lebih tinggi dari kurve
indiferent sebelumnya ,maka kedua negara tersebut memperoleh peningkatan
kesejahteraan. Kedua nya memperoleh tambahan keuntungan 20X dan 20Y. tampak
jelas bahwa keuntungan –keuntungan tersebut bersumber dari peningkatan skala
ekonomis dalam kegiatan produksi d i kedua negara yang masing -masing berfokus
pada satu komoditi saja. Tanpa adanya perdagangan kedua negara tersebut tidak
akan melakukan spesialisasi produksi disalah satu komoditi, mengingat
masing masing negara itu membutuhkan
kedua komoditi itu sekaligus.
Beberapa aspek analisa dari gambar diatas yaitu :
Ø Tidak ada faktor penyebab yang pasti untuk
mendorong kedua negar itu berspesialisasi dalam produk komodity X maupun
komodity Y. Spesialisasi ini semata-mata bertolak dari alasan historis.
Ø Meski dikatakan identik kedua negara
tersebut tidak mungkin sama persis dalam semua aspek ekonominya ,karena jika
segala-galanya sama, justru akan sulit untuk membayangkan akan terjadinya
hubungan dagang atas dasar skala hasil yang meningkat dikedua negara .
Ø Skala ekonomi itu terdapat pada berbagai
tingkatan output ,maka satu atau beberapa perusahaan dimasing-masing negara
lambat laun akan dapat menguasai seluruh pasar bagi produk tertentu sehingga
menjurus pada terciptanya pasar monopoli (ada satu produsen yang tunggal untuk
satu komoditi tertentu yang tidak ada substitusinya) atau oligopoli (hanya ada
sedikit produsen untuk satu produk yang homogen maupun berbagi macam produk yang ada)
B.
Konsep Persaingan Tidak Sempurna Dan Perdagangan Internasional
Dalam sebuah perusahaan atau
pasar persaingan sempurna, perusahaan –perusahaan yang ada tidak bisa mempengaruhi harga (price taker). Artinya
penjual barang harus selalu menerima kenyataan bahwa mereka dapat
menjual sebanyak mungkin yang mereka kehendaki asalkan berdasarkan pada harga
yang berlaku, dan mereka sama sekali tidak dapat mempengaruhi harga yang mereka
terima atas produk yang mereka jual, misalnya petani gandum dapat menjual
sebanyak mungkin yang ia inginkan tanpa perlu kawatir bahwa kalau ia mencoba
untuk menjual lebih banyak ia akan menekan harga pasar. Sebaliknya ia tidak
bisa berharap akan mampu mendongkrak harga hanya dengan menimbun produknnya. Alasannya
tentu saja adalah karena karena petani gandum tersebut secara individual hanya
merupakan bagian yang amat kecil dari pasar gandum secara keseluruhan .
Apabila hanya sedikit sekali
perusahaan yang menghasilkan suatu barang maka masalahnya pun akan menjadi
sangat berbeda. Menurut Suparmoko dalam buku Ekonomi managerial dalam pasar
persaingan tidak sempurna (imperfect competition) perusahaan
menyadari bahw mereka dapat menjual produk produk dalam jumlah yang lebih
banyak dengan cara menurunkan harga produk–produknya. Apabila perusahaan tidak
dapat mempengaruhi harga, maka kita perlu mengembangkan sebentuk perangkat
analisis tanbahan untuk menjelaskan bagaimana perusahaan –perusahaan tersebut
akan berprilaku. Struktur pasar paling
sederhana yang tersedia guna mengamatinya adalah struktur monopoli murni (pure monopoly) yakni dimana satu
perusahan sama sekali tidak menghadapi satu persaingan pun.
Perusahaan monopoli biasanya
menghadapi kurve perminyaan yang bentuknya melengkung kabawah dari kiri atas
kekanan bawah .bentuk kurve permintaan demikian menunjukan bahwa perusahaan
tersebut bisa menghasilkan lebih banyak otuput hanya jika harga nya turun.
Padanaan untuk kurve permintaan adalah kurve kurve pendapatan atau kurve
penerimaan marginal (margianal revenue).
Pendapatan marginal adalah pendapatan tambahan yang diperoleh dari penjualan
satu unit tambahan.Pendapatan marginal bagi perusahaan monopolis selalu lebih
rendah dari harga seluruh unit . Karena itu bagi sebuah perusahaan
monopolis,kurve penerimaan marginal selalu terletak dibawah kurve permintaan
.Hubungan antara pendapatan marginal dan harga tergantung pada dua hal yaitu :
Ø tergantung pada berapa banyak output yang
telah dijual oleh perusahaan monopolis itu sendiri.Perusahaan yang tidak menjual
banyak sekali out put nya tidak akan banyak merugi jika ia melakukan pemotongan
harga atas output itu .
Ø Perbedaan antara harga dan pendapatan marginal itu tergantung pada
kecondongan kurve permintaan, yang pada dasarnya menunjukan kepada kita berapa
besar perusahan monopolis harus menurunkan harga agar dapat menjual satu unit
tambahan outpunya.
Seandainya bentuk kurvenya
sangat datar ,maka perusahaan monopolis tersebut akan dapat menjual satu unit
tambahan dengan hannya menurunkan harga sedikit saja, dan karena itu tidak akan
menurunkan harga sebesar kalau ia bisa menjual output dalam jumlah banyak
sehingga pendapatan marginal akan mendekati harga perunit .disisi lain jika
kurve permintaan berbentuk sangat curam ,maka untuk menjual satu unit tambahan,
perusahaan itu harus mengadakan penurunan harga secara tajam sehingga
menyebabkan pendapatan marginal semakin lebih rendah dari harga.
Tingkat output yang
memaksimumkan keuntungan perusahaan monopolis tercapai ketika pendapatan
marginal (pendapatan yang diperoleh dari satu unit tambahan) sama dengan biaya
marginal (biaya ekstra yang diperlukan untuk memproduksi satu unit output
tambahan tersebut). Secara grafis, hal tersebut merupakan titik perpotongan
antara kurve biaya marginal atau MC dan dengan kurve penerimaan marginal atau
MR. Harga yang diminta perusahaan pada satu tingkat output tertentu yakni yang
menjamain tercapainya keuntungan maksimum biasanya lebih besar dari biaya rata
– rata. Seandainya harga lebih besar daripada biaya rata-rata, maka perusahaan
monopolis tersebut akan memperoleh jumlah keuntungan monopolis ( monopolistic profit )
Adanya keuntungan monopoli jarang
sekali terbebas dari aneka bentuk tantangan atau kecaman. Suatu perusahaan yang
memperoleh keuntungan tinggi biasanya
menciptakan sejumalah pesaing yang akan terus menentangnya.Karena itu keadaan
monopoli murni jarang dijumpai dalam
kenyataan. Struktur pasar yang lazim ditemui dalam diberbagai sektor industri
yang dicirikan oleh skala ekonomis internal adalah struktur oligopoli ,yaitu
keberadaan beberapa perusahaan dominan , masing – masing dari mereka cukup
besar untuk mempengaruhi harga akan tetapi tidak satupun yang mampu meraih
status sebagai monopolis yang tidak memiliki saingan sama sekali.
Analisa mengenai oligopoli
merupakan sebuah persoalan yang rumit dan kontraversial,karena dalam kasus
oligopoli ,kebijakan harga merupakan variabel yang independen bagi perusahaan
.Setiap perusahaan dalam proses penentuan harga, tidak hanya akan
mempertimbangkan tanggapan –tanggapan konsumen ,akan tetapi juga harus
memperhitungkan tanggapan–tanggapan yang kemungkinan akan diambil oleh
persaingnya. Tanggapan itu sendiri tergantung pada perkiraan–perkiraan para
pesaing tentang prilaku perusahaan
pertama sehingga kita selalu saja berada dalam satu permaian yang rumit diantara
masing–masing perusahaan sama–sama berusaha keras untuk menerka strategi
saingannya satu sama lainnya .
Model persaingan monopolistik
bertumpu pada dua asumsi diseputar persoalan saling ketergantungan (interdependensi) yaitu :
Ø Setiap perusahaan dianggap mampu
membedakan produknya dari produk– produk saingannnya .artinya para konsumen
tidak akan langsung berbondong–bondong membeli produk–produk perusahaan lain
hanya karenma sedikit selisih harga .adanya perbedaan dan penganekaragaman
produk (product differentiation) satu
jenis produk dibuat sedemikian rupa sehingga masing–masing merk nampak unik dan
berbeda dari yang lain.Ini menjamin bahwa setiap perusahaan memiliki monopoli
dalam produk khas didalam satu industri atau punya pasar sendiri sehingga
mereka agak terisolasi dari tekanan pesaing
Ø Setiap perusahaan menganggap harga yang
ditetapkan oleh para pesaingnya sebagai sesuatu yang tetap (given) artinya ia mengabaikan dampak
dari harga yang ditetapkannya terhadap harga dari perusahaan – perusahaan
lainnya. Dengan demikian model
persaingan monopolistik ini
mengasumsikan bahwa meskipun setiap perusahaan dalam prakteknnya menghadapi
tekanan persaingandari perusahaan–perusahaan yang lainnya, namun ia cenderung
bertindak sebagai layaknya sebuah perusahaan monopolis. Model ini disebut
sebagai model persaingan monopolistik .
Apakah
perusahaan persingan monopolistik itu benar – benar ada? Beberapa industri
mungkin patut dipertimbangkan sebagai industri persaingan monopolistik.misalnya
saja industri mobil di eropa,dinana beberapa produsen yang utama ( ford, general motor, volkswagen, renault,
peugeot, fiat, volvo, nissan) menawarkan mobil-mobil yang sebenarnya sangat
berbeda dalam ke khasanya, namun satu sama lain saling bersaing..Daya tarik
utama dari model persaingan monopolistiktidak
terdapat pada kesederhanaanya .Model persaingan monopolistik memberikan kita
tinjauan yang sangat jelas tentang bagaimana skala ekonomi akan dapat
menghasilakan keuntungan perdagangan bagi para pihak-pihak yang terlibat secara
aktif didalamnya .
Mengembangkan
suatu model dasar dari persaingan monopolistik, sebagai gambaran suatu induntri
yang dihuni oleh beberapa perusahaan yang saling bersaing perusahaan–perusahaan
itu menghasilkan produk yang berbediaaa
artinya barang-barang yang tidak persis sama, namun bisa merupakan
penggani (subsitusi) satu sama lain
.Karena itu setiap perusahaan sampai batas tertentu merupakan monopolis dalam
artian ia merupakan satu-satunnya perusahaan yang menghasilkan jenis barang
tertentu. Permintaan untuk barang tersebut ditentukan oleh jumlah produk lain
yang mirip yang tersedia di pasar dan perusahaan–perusahaan tersebut, sehingga
sabagai akibatnya mereka menetapkan harga yang lebih rendah lagi. Model
persaingan monopolistik mampu menangkap elemen-elemen pokok dari suatu pasar yang mengandung skala ekonomi dan
merupakan pasar persaingan tidak sempurna . Hanya sedikit industri yang
tergambarkan dengan baik oleh persaingan monopolistik, sedangkan kebanyakan
struktur pasar yang ada didalam kenyataan adalah struktur oligopoli dengan
sejumlah kecil perusahaan yang secara aktif terlibat dalam persaingan
monopolistik.Dalam struktur yang sesungguhnya, anggapan bahwa masing-masing
perusahaan akan berprilaku seolah-olah ia merupakan monopolis murni,mungkin
tidak berlaku lagi. Sebaliknya mereka biasanya sadar sepenuhnya bahwasannya
tindakan–tindakan mereka akan mempengaruhi tindakan perusahaan lain dan mereka
akan senantiasenghitung kemungkinan dan resiko interdependensi.
Ada dua prilaku
penting yang sering muncul dalam keadaan oligopoli yang seringkali tidak
diperhitungkan dalam model persaingan sempurna. Pertama adalah perilaku persekongkolan
(collusive behavior). Setiap
perusahaan senantiasa mungkin tergoda untuk menetapkan harga lebih tinggi
daripada tingkat harga yang bisa menjamin keuntungan maksimum, sebagai bagian
dari suatu kesepakatan bahwa perusahaan lain akan bertindak serupa,karena
setiap keuntungan perusahaan akan lebih tinggi jika pesaing–pesaingnya
menetapkan harga tinggi, kesepakatan demikian dapat meningkatkan keuntungan
semua perusahaan (tas beban konsumen) secara sekaligus. Perilaku penentuan harga dengan kesepakatan seperti
ini bisa diatur melalui kesepakatan terang– terangan atau dengan strategi yang dikoordinasikan
secara sembunyi-sembunyi seperti rekayasa agar satu perusahaan tertentu
bertindak sebagai pemandu harga bagi sektor industri yang bersangkutan secara
menyeluruh. Kedua perusahaan oligopolistik juga menempuh perilaku strategis
yakni mereka bisa melakukan sesuatu yang tampaknya mengurangi keuntungan, akan
tetapi sebetulnya dimaksudkan mempengaruhi perilaku pesaing-pesaing seemikian
rupa seperti yang diinginkannya, sehingga akan memberikan keuntunngan lebih
besar dalam jangka panjang . Contohnya suatu perusahaan membangun kapasitas
tambahan bukan untuk meningkatkan produksi melainkan sekedar untuk menghalangi
masuknya oerusahaan baru yang berpotensi untuk menjadi saingan kedalam sektor
industri oligopolistik. Selalu terbuka kemungkinan bagi adanya tindakan
persekongkolan maupun rekayasa stategis diantara perusahaan oligopolistik
membuat analisis oligopolistik menjadi tambah rumit .
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Salah satu asumsi model
Heckscher-Ohlin menyatakan bahwa dua komoditi diproduksi atas dasar skala hasil
dan konstan di kedua negara. Jika kita menanggalka asumsi dan berpegang pada
rialita yakni skala hasil yang meningkat, kita akan memahami perdagangan
diantara kedua negara yang faktor-faktor produksi maupun komoditi andalannya
identik.Perdagangan ini tidak akan dapat dijelaskan melalui model
Hechscher-Ohlin.
Analisa perdagangan yang yang
didasarkan pada skala ekonomis menyajikan masalah-masalah tertentu , dan kita
berpegang pada bentuk pasar persaingan sempurna sehingga segala bentuk
keuntungan monopoli tidak pernah
terwujud.
Ciri-ciri persaingan tidak sempurna
antara lain
Ø Hanya
ada satu orang penjual
Ø Terdapat
banyak pembeli
Ø Produk
untuk pasar monopoli tidak memiliki barang pengganti(substitusi) yang dekat
Ø Adanya
hambatan untuk masuk ke dalam pasar
Ø Barang
yang diperdagangkan homogen
Ø Penjual
dapat memainkan harga sedangkan pembeli hanya menurut saja.
jenis-jenis atau bentuk-bentuk pasar
persaingan tidak sempurna antara lain
Ø Pasar
Monopoli : Monopoli berasal dari kata mono yang berarti satu dan poli yang
berarti penjual. Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar dimana hanya terdapat
satu penjual yang menguasai pasar dan tidak ada barang pengganti.
Ø Pasar
Oligopoli : Pasar oligopoli adalah suatu pasar dimana penawaran satu jenis
barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Contohnya produk batu baterai, pasta
gigi, sabun mandi, air minum mineral, sepeda motor, accu, ban mobil/sepeda
motor.
Ø Pasar
Monopolistis : Pasar monopolistis adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat
banyak produsen yang menghasilkan barang dengan jenis yang berbeda.
Ø Pasar
Oligopsoni : Oligopsoni adalah suatu kondisi pasar dimana terdapat beberapa
pembeli. Masing-masing pembeli mempunyai peran cukup besar untuk mempengaruhi
harga barang yang dibelinya
C. Saran dan Kritik
Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan kritik dan
saran yang membangun demi tercapainya Makalah
yang lebih baik di masa mendatang. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Salvator, Dominick. 1996. Ekonomi
Internasional I. Erlangga. Jakarta
Salvator, Dominick. 1996. Ekonomi
Internasional II. Erlangga. Jakarta
Douglas,EvanJ,Managerial Economics,Prentice-HallInc,New
Jersey,1987
http://www.google.com/search?q=MAKALAH+PERSAINGAN+TIDAK+SEMPURNA+DAN+SKALA+EKONOMI&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a
Tidak ada komentar:
Posting Komentar